Kamis, 14 Oktober 2010

MURAWI

MURAWI GUGAT
Kang Drajat

Enam puluh dua tahun lebih
Bambu yang ujungnya runcing warisan moyangnya
Bersandar di dinding di sudut rumah
Di risban beralas pelupuh cerita heroik menghias malam-demi malam
Darahku darah pejuang!
-ya..kau adalah penerusku tak ada darah pengecut apalagi penjilat
Bambu yang ujungnya runcing warisan moyangnya
Tiba-tiba berdiri tegak menghentak hentak
Seperti ketukan lagu kebangsaan- lalu terkulai lemas di dinding lagi
Detaku detak pejuang!
-ya..kau adalah pewaris darahku tak ada langkah cemas apalagi surut
Tak perlu menanti datangnya ratu adil
Kitalah ratu itu bertahtalah di atas bintang
Masing-masing berhak atas sinar-Nya
Masing-masing punya tugas yang sama ; pijarkan cahaya
Terangi jalan menuju kemandirian
Martabat kita adalah apa langkah kita
Mencangkul di ladang harapan
Menyemai benih dengan lantuman doa
Menyiram dengan keikhlasan
Masing-masing jatuhkan keringat di ladang garapan
Bila kita mau membaca
Masing-masing punya cahaya seperti bintang
Pijarkan terangi malam dan gelapnya hati

Enam puluh dua tahun lebih
Bambu yang ujungnya runcing memberi tanda
Bahwa kita keturunan satria
Kemana....kemana darah itu mengalir
Mengapa diam membatu
Berdiri pura-pura dungu
Pijarkan sinar terangi hati
Para pegawai praja yang lupa tak meneteskan keringat
Beku di dalam mobil avansa ber ac
Bersendawa kenyang menyantap hidangan yang dibeli dengan uang pajak
Para wakil rakyat yang terlelap ketika memutuskan langkah
Gagap terpincang-pincang menghitung setoran pada partenya
Menebang bambu demi biting-biting
Lalu sibuk mencoret angka-angka di kalender
Menghitung kapan jatahnya plesiran lagi.

Ayo....siapa berani
Memimpin di depan dengan pijaran bintang
Tetesakan keringat semaikan benih
Sadarkan orang-orang yang kesambet setan mumpung
Tegakan kakinya kuatkan otot-otot pagawe praja
Memberi makna dan keteladanan pada rakyatnya

Ayo ....siapa yang mau dan sabar
Membangunkan orang yang tidak tidur
Dialah yang akan menjadi pemimpin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar