Senin, 18 Oktober 2010

kumpulan naskah drama BALE SI GALA-GALA

BALE SI GALA GALA
Karya : Drajat Nurangkoso

Adegan 1 ( jejeran Kurawa )

• Gending pembuka pakeliran, dalang membuka dunia cerita dengan bedol gunungan
• Gending mengiringi pisowanan agung di Hastina Pura, dilanjutkan tari srimpi ( spot mengarah ke panggung teater )
• Tarian selesai, perlahan lampu redup. Spot mengarah ke pakeliran. Duryudana membuka pisowanan dengan agenda persiapan permainan dadu di bale sigala gala Sengkurni menjadi penentu strategi, Durna datang memberi nasehat tetapi tetap kalah dengan pengaruh Sengkurni
• Rapat selesai, satu persatu keluar dari rapat agung. (Lampu redup).

Adegan 2 ( jejeran Pandawa )
• Gending syahdu mengiringi suasana hati para pandawa yang sedang dalam kebimbangan karena tantangan permaian dadu dari kurawa.
• Punta dewa dan pandawa lainnya dengan berbage alasan menerima tantangan kurawa hanya Bima yang diam tanpa suara.
• Pandawa menuju bale si gala gala, Kunti menjerit menangisi langkah anak-anaknya. Punakawan datang menemani kunti. Dialog kunti dan semar
• Gending lembut mengiringi langkah Kunti mengikuti anak-anaknya. ( lampu meredup. Spot mengarah ke panggung teater)

Adegan 3 ( panggung teater )

Tiga orang pemain ( A,B, C ) masuk panggung dari tiga sisi panggung ( lampu spot mengarah ke pemain C yang duduk diatas lefel ).

Pemain A : Mengapa wajahmu murung,
seperti ada yang menutup rasa hatimu
Pemain B : Hidup di dunia cuma sebentar kenapa dibuat susah? Katamu kesusahan bisa menimbulkan kekufuran, membuat ilang sukure pada
Tuhan yang telah memberi kita hidup

Pemain C bangkit dari lefel lalu berdiri berjalan menuju tengah panggung. ( lampu flat )

Pemain C : Apa kalian tidak tau ? apa kalian tidak mendengar........suara tangis
Wanita yang menyayat hati, suara tangis yang bercampur rasa khawatir akan keselamatan anak-anaknya. Suara tangis biyung sing getun lan ngungun.
Pemain A+B : Tangis biyung sing getun lan ngungun?
Ah, sudah kodratnya perempuan begitu…penuh rasa getun lan ngungun.
Pemain C : Dengarkan …dengarkan suara itu dengan hatimu yang bening…
Tetesan air mata ibu....air mata yang diteteskan oleh syaraf-syaraf cinta dan ketulusan...air mata yang berlinang menjadi aliran doa dan pengharapan akan keselamatan dan kesejahteraan anak-anaknya.
Pemain A+B : Kenapa ?
Pemain C : Banyu luh tangising biyung yang keluar karena hati menangkap firasat
Pemain A : Aku tak menangkapnya
Pemain C : Coba kau dengar dengan telinga batinmu
Pemain A : Ya...saya dengar lirih sekali
Tangisnya lembut menggerus sukma
Pemain B : Oh..kenapa aku tidak mendengar
Suara tangis siapa?
Pemain A : Ya, suara tangis siapa kang?
Pemain C : Suara tangis yang membuat kahyangan gonjang ganjing
Suara tangis ibu yang terbungkus kabut dan rasa was was
Pemain A : Oh...sekarang semakin jelas tangis itu
Semakin dekat..seperti tangisan ibuku
Pemain C : Suara tangis ibu yang mengalirkan susu
Suara tangis ibu yang mendekap dengan segenap cinta
Suara tangis ibu yang tiap detik detak jantungnya adalah zikir dan doa
Pemain B : Oh....mengapa aku tidak mendengarnya.......
Pemain C : Cobalah diam sejenak, buka hati dan jiwamu
Pemain B : Sekarang...sekarang aku sudah bisa mendengar...lembut menyayat hati, suara tangis siapa kang?
Pemain C : Itu adalah tangisan ibu Kunti Talibrata
Yang rahimnya tempat bertapa para satria titisan dewa
Yang dari rahimnya keluar para satria punggawa praja
Pemain A : Mengapa kang, tangisnya sangat menyayat hati...angres menggerus rasa?
Pemain C : Kalian kepingin tau?
Pemain A+B : Ya..akau penasaran
Pemain C : lihatlah dengan mata batinmu…bagaimana ibu yang melahirkan satria punggawa praja tidak akan menangis.
Bagaimana ibu yang mendidik dan mengasuh anak-anaknya tidak akan menangis,
Bagaimana ibu yang telah merelakan seluruh cinta, jiwa dan raganya untuk anak-anaknya tidak akan menangis
Bila melihat anak-anaknya dalam kesesatan,
Bila melihat anak-anaknya menapaki jalan berduri
Bila melihat darah tercecer sepanjang tapak anak-anak yang dicintainya?
Pemain B : Oh...kenapa....kenapa sekarang aku mendengar tidak cuma satu tangisan melobangi telingaku....mengapa.....oh...aku tidak kuat mendengarnya......

Pemain B pontang panting menutup telinga (gending rancak, lampu spot mengarah
pemain B ). Pemain A mendekat memberi bantuan.pemaihn C mendekat, memegang
pundak pemain B dan A

Pemain C : Itu pertanda kalian telah mampu mendengar suara dengan telinga jiwamu.......( C menuju lefel dan berdiri di atas lefel A dan B mengikuti dengan pandangan)
Dengarkan suara tangis ibu kunti yang menggerus hati karena anak-anak yang menjadi pengharapanya sedang melangkah dijalan sesat, jalan yang penuh lumpur dan duri
Anak-anak yang terjerumus oleh ego dan bisikan sesat
Ibu yang menangis karena anaknya telah terkalahkan oleh nafsu dan pembenaran...
Bukan hanya tangisan kunti...
Dengarkan tangisan ibu yang menjerit pilu ketika anak-anaknya yang jadi pejabat kehilangan kiblat, yang jadi pedagang hilang pedoman, yang jadi abdi lupa diri, yang jadi siswa hanya berfoya-foya
Yang jadi politikus hanya rakus membeli jiwa.....jabatan dipertaruhkan dengan dadu bukan harga diri dan jiwa suci..
Pemain A : Tapi itulah kehendak zaman
Pemain B : Ya...ini sudah jamannya, jaman edan, yang tidak edan tidak keduman
Pemain C : Oh, apa benar langkah mereka?
Lihat langkah kaki yang masgul, langkah kaki yang tidak menyatu dengan hatinya.
Lihat rakyat yang menangis, karena para pemimpinnya sedang berjalan dengan paham pembenaran menuju arena judi, mengundi nasib dengan dadu.
Pemain A : Tapi...semua itu demi rakyat
Pemain C : O....selalu atas nama rakyat.....
Punta dewa menerima tantangan demi dirinya sendiri...apa kau tidak mendengarnya.....(turun lefel menengadahkan kepala A dan B )
Dengarkan dengan seksama..suara hati nuraninya merintih...rintihannya seperti rintihan ibu kunti dan rakyatnya...
Pemain A+B : Oh.....
Pemain C : Ketika para pemimpin telah mingser kiblate. Bagaimana nasib rakyatnya
Ketika jabatan untuk arena pertaruhan gengsi
Ketika pembenaran telah jadi mahzab hidupnya
Ketika pemimpin adalah pelaku rajasa, orang yang penuh nafsu, kasar, berniat jahat dan digerakan oleh kegembiraan dan kesedihan, bukan oleh sifat ilahiyah,
Pemain A+B : Apa jadinya?
Pemain C : Pemimpin akan memutuskan nasib rakyat dengan keputusan yang keliru,
Pemimpin nanar tidak melihat batas salah dan benar, mana yang harus dijalankan demi kesejahteraan rakyat, mana yang harus disingkiri agar rakyat tidak menderita
Pemimpin yan baik adalah pemimpin yan tidak punya keinginan rajasa
Pemian B : tapi tiap manusia pasti punya keinginan
Pemian C : benar...paham...tapi seyogyanya bukan keinginan rajasa
Pemian A : keinginan rajasa
Pemain C : keinginan rajasa adalah keinginan yang melekat kuat dengan kemelekatanya, keinginan pada keluhuran keinginan, keinginan pada kilau dunia.
Pemain A : menurutku dalam hal ini punta dewa benar tindakanya
Demi tanah leluhur, demi rakyat, apapun sah diperjuangkannya
Pemain C : bagaimana engkau sahabatku
Pemain B : aku tak bisa menjawabnya...

Terdengar suara riuh bala kurawa sedang berpesta pora mempersiapkan arena main dadu
Pemain C berlari menuju lefel di sudut lalu berdiri (lampu spot mengarah ke pemain C)

Pemain C : Dengar...lihat..keingianan rajasa telah merasuki dan mengotori jiwa kurawa...hati kotor pikiran licik...culas dan penuh pembenaran..menghalalkan segala cara demi kilau dunia, kemewahan akan keluhuran semu...
...........aduh ndara....ndaraku....jangan teruskan langkahmu menuju si gala gala.....dengarkan jerit rakyatmu...dengarkan tangis ibumu....berhentilah....hentikan langkahmu tak ada manfaatnya berjudi......berhentilah ndara...berhentilah...

Lampu redup,spot mengarah ke pakeliran

Adegan 4
• Gending rancak mengiringi langkah kaki para kurawa wayang tertata. Dalang suluk dilanjutkan dialog kurawa
• Gamelan syahdu mengiringi langkah pandawa ( puisi sebagai ilustrasi langkah punta dewa ). Dialog kurawa pandawa memperbincangkan harga taruhan
• Permaian dadu dimulai pandawa kalah oleh kelicikan Sengkurni yang sudah dipersiapkan dengan matang. Kunti sebagai jaminan taruhan menjadi bulan bulanan sengkurni dan kawan-kawan

Di panggung teater seorang wanita sedang menangis sesenggukan karena mendapat perlakuan yang tidak senonoh. ( spot mengarah ke kelir dengan cepat, bima mengamuk menendang sengkurni dan kawan-kawan lalu menggendong kunti)
Jeritan kunti membuat kayangan bergolak. Bumi gonjang ganjing langit kelap-kelap..tanda gara-gara

Adegan 5 ( gara-gara )
• Gareng, petruk, dan bagong memasuki pakeliran dengan iringan lagu ceria, semar datang mudal piwulang pada anak-anaknya. ( dialog semar dan anak-anaknya )
• Dewa Narada datang mewmberi tahu kepada semar jalan keselamatan buat pandawa.. Narada pergi
• Punta Dewa datang menceritakan kekalahannya pada semar, kekalahannya membuat kalut dalam hatinya serta tak lagi mau mendengar pada nasehat semar.( dialog semar punta dewa )

Adegan 6 ( pesta pora di bale sigala gala )

• Suasana pesta pora di bale si gala gala. Bujuk rayu sengkurni pada pandada untuk berpesta pora , punta dewa dan saudaranya terbujuk rayuan dan bujukan sengkurni untuk minum arak..gelak tawa kemenangan kurawa disusul suara hiruk pikuk kebakaran bale sigala gala

Adegan 7 ( kebakaran bale si gala gala )

• Di pakeliran lampu spot merah suasana kebakaran dengan gunungan
• Di panggung teater lampu flat menerangi hiruk pikuk orang-orang tunggang langgang
• Semua lampu padam gamelan jenggleng bersamaan lampu spot ke pakeliran. Bima menggendong kunti dan 4 saudaranya mengikuti klanceng putih.

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. maz tlg donk buatkan naskah drama komedi utk 8 org??plis yaa??

    BalasHapus
  3. ayo terus berkarya ............. !

    BalasHapus
  4. zzzzzzzzzzzzz ra ono boso jowone nyetttttttttt

    BalasHapus