Rabu, 26 Oktober 2011

puisi dari atas bukit



PUISI DARI ATAS BUKIT
Karya : Drajat Nurangkoso

Di tiap ujung selimut masih tergenggam harapan
Ditulisi langit yang rebah di atas bukit
Dengan ujung pisau sunyi tentang dongeng suku kabut
Yang setia menunggu janji moyangnya
Akan datang harapan sentosa satria pinilih penebas rasa bimbang
Rasa bimbang yang telah menghilangkan pegangan dan jalan terang

Sepanjang musim suku kabut berdendang
Kata mantra, mantra sakti, kata hati dengan tulus dibumbungkan setinggi diam di hamparan sunyi
Tanpa dupa, tanpa puspa karna cukup aroma kabut membawa pada rasa keagungan-Nya
Ya..gasata maha haganga..
Engkao akbar, Engako yang Maha Besar..
Kapan kau datangkan manusia pilihan-Mu
Akan kami jemput dengan lagu hati, tarian mencumbu bumi, puisi keagungan-Mu, dan dongeng yang selalu kami pahatkan di batu-batu.

Ya gasata…ya gasata
Ya gasata hakanga marabanga damada
Di atas bukit bersama kabut menunggu dengan kesabaran seorang petapa
Ya gasata..
Kami menunggu, menunggu, dan terus menunggu
Sirnanya Sang terutus gadungan
Yang telah membiakan di padang hamparan bumi kami para pembual, penipu, germo, maling, pencopet, tukang jagal, penjudi, makelar, dan begal
Sayur kami tak lagi segar, ternak kami tak lagi berdaging, kentang kami terbanting membusuk
Terhadang tengkulak dan rentenir

Tanpa dupa, tanpa puspa hanya rangkai kata mantra
Menghapus jejak peta nasib harus bersama
Sang terutus yang memimpin dengan pedang bijaksana
Ia akan menari bersama kami, tarian rakyat yang ritmenya alunan jiwa
Ia akan berdendang bersama kami, lagu hati ditimpa seruling kinara-kinari
Ia akan mendongeng cerita masa datang yang cemerlang
Dimana ternak kami penuh dengan daging, sayur kami selalu segar dan jadi berharga

Ya gasata…ya gasata..
Gasata hakanga maha walasa
Gasata hakanga maha wasasa
Gasata hakanga maha wacakasana
Di tiap ujung selimut kabut masih tersimpan berjuta harapan
Di tiap jentik tarian gerakan pertanda kesukuran
Di tiap bait lagu dendang kemuliaan-Mu
Di tiap puisi kata mantra pengharap kehadiran-Mu
Pada penggalan dongeng adalah cerita tentang kebesaran-Mu

Sepanjang musim tetua terus merapal mantra
Doa yang diajarkan masih terbaca di lembar-lembar daun kol,pada merahnya wortel, mengkilapnya tomat, pada bulu-bulu buncis

Doa diatas bukit
Yang dipanjatkan bukan dengan tangan tengadah meminta
Tapi mantra persetubuhan dengan bumi dengan keringat kesungguhan
Bibir yang nyanyikan kidung sukma
Ikhlas mengumandang melang-lang buwana
Di atas bukit bersama langit yang mencium bumi
Aroma kabut mengelana sunyi
Menjemput sang terutus yang pasti datangnya
Lenyapkan rasa bimbang yang telah membuat keragu-raguan dan kehilangan jalan terang
Banjarnegara, 26 Oktober 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar