Jumat, 12 November 2010

kumpulan naskah drama

CATUT
Karya : Drajat Nuarangkoso

Pelaku:

AMBAR
BADRUN
KENCROT
JURAGAN BODONG
LURAH GOBER

Set panggung minimalis backdrop hitam dengan sejumlah lefel fertikal dan horizontal. Latar belakang seting adalah suasana pedukuhan.

Adegan 1

Deru suara mobil pengangkut kayu kemudian suara ribut masyarakat menyandera mobil pengangkut kayu. Layar dibuka, panggung gelap perlahan terang bersamaan dengan masuknya Ambar keatas panggung yang terlihat tergesa gesa, berteriak menenangkan masyarakat.

Ambar : Tenang…..tenang….saudara….saudara…tenang..kita jangan anarkis, tolong dengarkan…jangan ada yang merusak truk atau menghakimi sopirnya.

Dari arah depang panggung Badrun berteriak berjalan menuju panggung

Badrun : Kenapa! Mengapa kami tidak boleh melampiaskan kekesalan kami!
Ambar : Sopir tidak tahu menahu, bukan target kita!
Badrun : Tidak bisa! Mobil ini yang telah merusak jalan. Sopirnya harus bertanggung jawab
Ambar : Drun kamu jangan bodoh......jangan begitu, bahaya...
Badrun : Mengapa?
Ambar : Merusak itu tindakan kriminal
Badrun : Mencuri kayu dan merusak jalan apa bukan tindakan kriminal!

Kencrot masuk panggung dari arah samping

Kencrot : Benar, kita harus beri pelajaran. Ayo kita bakar saja mobil itu

Kencrot menarik tangan Badrun.

Ambar : Drun ingat tujuan kita, kita jangan terprofokasi tindakan anarkhis, kendalikan emosimu....ingat tujuan kita yang utama.
Badrun : Tapi maling kayu dan perusak jalan itu harus diberi hukuman
Kencrot : Ya benar kang, jangan dengarkan omongan yang melemahkan, jangan-jangan kang Ambar juga mendapat bagian dari Juragan Bodong bos glondong pemilik truk itu.

Ambar terperangah berlari mengejar Kencrot, Ambar menyered Kencrot dengan mencengkeram krah baju Kencrot.Ambar emosi

Ambar : Bangsat.....!!! kamu anak baru di pedukuhan ini mau jadi jagoan!....mau memprofokasi masyarakat...jaga mulutmu kalo bicara....
Badrun melere
Badrun : Kang sabar ...sabar.
Ambar : kamu maunya apa hah...mau buat runyam suasana? Apa mau nyoba saya!
Badrun : Kang eling kang..eling

Ambar melepaskan cengkeramannya sambil mendorong Kencrot sampai terpelanting. Ambar berlari menuju lefel 1. lampu spot fokus pada Ambar.

Ambar : Aku Ambar...putra asli pedukuhan puntuk kusan, lahir dan dibesarkan di sisni...setiap pemikiran, setiap tetesan keringat saya abdikan untuk puntuk kusan.....( sambil turun dari lefel Ambar melanjutkan...) he orang baru, bocah dolan jangan mencoba merusak dan mengeruhkan suasana...jangan jangan kamu adalah penyusup yang dibayari cukong-cukong maling kayu itu agar orang-orang pedukuhan menjadi anarkhis lalu berurusan dengan polisi....( marah mau menendang Kencrot)
Badrun : Sudah kang...jangan emosi

Ambar membalikan badan, Kencrot lari keluar panggung

Ambar : Bagaimana tidak emosi, tadi kamu dengar sendiri kunyuk itu mengajak membakar truk, membuat keruh suasana malah sampai berani menuduhku telah menerima suap dari Juragan Bodong?
Badrun : Iya kang...sabar kang...kembali dingin kang untuk masalah ini

Ambar diam, menarik nafas dalam dalam

Badrun : Mobil itu diapakan kang?
Ambar : Truk bersama muatanya kita bawa ke rumah pak bau untuk menghindari aksi brutal warga
Badrun : Sampean yang ngomong
Ambar : Mana Kencrot?
Badrun : Di sana dekat truk sedang bicara sama warga
Ambar : Aduh gawat, jangan-jangan........
Badrun : Makannya sampean saja yang ngomongi warga.

Suara ribut warga mau merusak truk. Ambar naik lefel

Ambar : Dengarkan sedulur-sedulur....kita jangan anarkhis, jangan merusak....nanti kita jadi sulit sendiri....
Badrun : Kang terus mobil itu diapakan?
Ambar : aduh...kamu loadingnya kok lambat sekali...malah pake nanya dua kali..
Badrun : Eh, iya..truknya dibawa ke pak bau
Ambar : Sopir dan keneknya suruh pulang, kasihan mereka punya anak istri yang menunggu di rumah.
Badrun : (sambil melangkah pergi) ah...sampean terlau lembut..
Ambar : (tergesa menahan langkah Badrun) bukan...bukan terlau lembut, aku hanya bertindak hati-hati. Jangan sampai usaha kita menjadi bumerang bagi keselamatan kita sendiri. Kena iwake tapi ora buthek banyune...maksudku begitu
Badrun : Kita nahan truk kan juga salah karena kita bukan polisi jalan raya
Ambar : kita nahan truk alasannya jelas karena merusak jalan yang menjadi nadi perekonomian masyarakat pedukuhan ini, jalan yang susah payah kita buat sekarang seperti kubangan kerbo.

Badrun manggut-manggut

Ambar : makanya tadi saya bilang agar jangan sampe terjadi pengrusakan. Ini kita lakukan sebagai strategi
Badrun : Strategi?
Ambar : Dengan adanya kejadian ini mudah mudahan menjadi berita besar dan menjadikan perhatian para pejabat di Kabupaten
Badrun : Ah..aku semakin tidak mengeti.
Ambar : Begini Drun. Saya akan turun melaor ke polisi di kecamatan sekaligus mau kerumah temanku yang jadi wartawan.
Badrun : Lho kok wartawan? Bukannya ke pak Camat?
Ambar : Dasar loding lambat. Wartawan akan meliput kejadian ini dan memberitakannya di media masa, dia akan menjadi mata elang yang melaporkan kejadian ini serta potert rusaknya akses jalan menuju pedukuhan kita.
Badrun : Oh...sekarang aku paham
Ambar : Kita hanya menahan kendaraan bukan merusaknya. Makanya tadi saya jengkel sekali ketika Kencrot mengajak warga untuk membakar truk itu
Badrun : Terus aku bagemana?
Ambar : Aku akan segera turun jangan sampe keduluan Juragan Bodong, karena saya yakin sopir dan keneknya tidak langsung pulang kerumah tapi melapor padanya.
Badrun : Ya...ya...
Ambar : Tugasmu menjaga agar tidak ada warga yang merusak truk kayu itu...saya turun sekarang

Ambar keluar panggung, Badrun mengikuti langkah Ambar dengan tatapan matanya.lampu perlahan meredup bersamaan dengan keluarnya Badrun dari panggung. Layar perlahan ditutup.

Adegan 2

Layar dibuka lampu flat. Juragan Bodong masuk panggung dari sisi berlawanan dengan Lurah Gober

Juragan Bodong : Kebetulan pak lurah, ini soal gawat. Pak lurah sudah dengar?
Lurah Gober : Sudah, makanya saya akan ke sana
Juragan Bodong : Pak lurah bagaemana si, diberi tugas untuk mengamankan saja tidak bisa. Ingat pak lurah, ini perintah Bupati
Lurah Gober : Saya benar-benar kewalahan, sudah saya beri tahu mereka untuk tidak mengganggu kendaraan yang mengangkut kayu
Juragan Bodong : Pak Lurah kan penguasa wilayah masa sama anak kemarin sore saja kalah
Lurah Gober : Kalah?
Juragan Bodong : Lha kenyataannya truk saya disandera Ambar.
Lurah Gober : Sampean jangan salah, saya dengar yang menyadera kendaraan sampean itu masyarakat bukan Ambar.
Juragan Bodong : Tapi ini semua pasti ada dalangnya, ada aktor intelektualnya, dan saya yakin ini semua didalangi oleh Ambar.
Lurah Gober : Itu semua juga salah sampean kok
Juragan Bodong : Lho..kok salah saya
Lurah Gober : Coba sampean manut sama saya, jadinya tidak akan terjadi hal seperti ini.
Juragan Bodong : Mana yang tidak manut, saya sudah berikan uang, bukankah kunci semua ini adalah uang?
Lurah Gober : Uang dari sampean yang katanya dari pak Bupati telah saya berikan sesuai alamat yang sampean katakan. cuma uang untuk Ambar dan Bau Punthuk Kusan yang masih ada di tanganku, mereka menolaknya.
Juragan Bodong : Mengapa?
Lurah Gober : Mereka tidak mau menerima uang yang tidak jelas asal usulnya.
Juragan Bodong : Lho, apa pak lurah tidak bilang kalo uang itu dari pak Bupati?
Lurah Gober : Tidak percaya, apalagi Ambar, dia sangat hati-hati
Juragan Bodong : Menurut Pak Lurah sebetulnya apa masalah utama sampe warga berani menyandera kendaraan, apa mereka tidak takut kalao penyanderaan termasuk kriminalitas?
Lurah Gober : Jalan
Juragan Bodong : Jalan?
Lurah Gober : Ya...mereka berani menyandera karena jalan yang menjadi urat nadi perekonomian mereka rusak parah oleh kendaraan sampean
Juragan Bodong : Jadi bukan karena kayu?
Lurah Gober : Menurut perkiraan saya begitu...Warga rupanya tidak perduli masalah kayu yang sampean tebang
Juragan Bodong : Ha...ha...ha...jalan...ternyata Cuma jalan.
Lurah Gober : Dulu pernah saya sarankan pada sampean untuk memperhatikan jalan jangan sampe rusak karena jalan itu adalah jalan milik warga kampung. Itu jalan desa. Tetapi sekarang keadaannya menjadi lain...mungkin lebih rumit.
Juragan Bodong : lain bagaemana?

Kencrot masuk panggung terburu-buru

Kencrot : benar pak
Juragan Bodong : Benar bagaemana? Apanya? He..sini gimana tugasmu?
Kencrot : Gagal, saya tidak bisa membujuk warga untuk merusak kendaraan

Lurah Gober terperanjat

Lurah Gober : Lho...aku jadi tidak mengerti
Juragan Bodong : Tenang pak lurah ini bagian dari strategi saya. ( mendekati Kencrot) kamu guoblok, kenapa? Kamu takut siapa?
Kencrot : Warga lebih mau mendengar kata-kata Ambar dari kata-kata saya, dan saya juga.....
Juragan Bodong : Juga apa? Juga takut ditangkap polisi sebagai provokator?
Kencrot : Ya.
Juragan Bodong : Ah,..kamu benar-benar guoblok. Kan aku sudah bilang kalau ada apa-apanya aku yang menanggung.

Kencrot diam menunduk, Lurah Gober mendekati Kencrot

Lurah Gober : Mas Kencrot, kamu tadi bilang mengajak warga untuk membakar kendaraan yang disandera?

Kencrot mengangguk tanpa melihat ke Pak Lurah, Pak Lura menegakan badan

Lurah Gober : Mengapa?
Juragan Bodong : Saya yang menyuruh.
Lurah Gober : Ah, saya semakin tidak tau permainan ini.
Juragan Bodong : Sudahlah pak Lurah tidak usah khawatir, sekarang kita bicarakan masalah jalan tadi...saya akan obati sakit hatinya warga dengan aspal.
Kencrot : Ambar sedang menuju kecamatan lapor polisi dan wartawan
Juragan Bodong : Kok kamu tau?
Kencrot : Saya dengar sendiri tadi setelah membentak saya dia bilang sama Badrun kalau mau turun.
Lurah Gober : Dia sedang turun? Kalo begitu dia pasti kerumahku dulu....ah, aku jadi bingung...ah, sudah saya mau ke rumah Pak Bau, takut ada apa-apa.
Kencrot : warga sudah pada pulang pak, tinggal Badrun yang masih di tempat Pak Bau.

Juragan Bodong mondar madir sambil memukul kepalan tinjunya ke kepala sendiri.

Juragan Bodong : Kenapa kamu tidak cegah Ambar turun?
Kencrot : Saya tidak berani, saya takut jadi ketahuan kalao saya orang suruhan Juragan Bodong.
Juragan Bodong : Guoblok....gagal sudah strategi kita.
Lurah Gober : Saya benar-benar bingung…pusing…saya tidak ikut-ikutan,
Juragan Bodong : Lho..tenang saja jangan khawatir, Bupati dibelakangku.
Lurah Gober : Ah....masa Bupati nyuruh membakar kendaraan...
Juragan Bodong : Tenang saja Pak Lurah, sudah terlanjur basah ya sudah mandi sekalian.
Lurah Gober : Basah apanya? Uang...?
Juragan Bodong : Belum..belum...tunggu saja. Tenang saja pak lurah. Kalo semua kayu tutup ngisor sudah pindah semua ke penggergajian saya, Pak Lurah tinggal mau pilih mau naik mobil apa. Dan kamu Mas Kencrot katanya kepingin punya motor herkules buat mencari rumput.
Kencrot : Iya pak.
Juragan Bodong : Apa kamu punya usul bagaimana caranya agar warga merusak truk kayu itu
Kencrot : Bagaimana kalo kita buat isu bahwa Ambar sebenarnya dapat jatah uang darisampean, uang itu diberikan lewat Pak Lurah..pasti warga jadi marah dan tidak percaya sama Ambar, tidak mau menuruti kata-kata Ambar untuk tidak merusak truk..bagaimana pak Lurah?
Lurah Gober : Diam....kamu ternyata kadal buntung, kamu mikir apa tidak...bagaimana jadinya bila meraka benar-benar merusak kendaraan itu...

Kencrot dan Juragan Bodong terkejut

Lurah Gober : Kamu tidak kasian kalo tetanggamu, saudaramu dimasukan sel polisi!
Juragan Bodong : Ah, kok jadi ribut begini...maafkan Mas Kencrot Pak Lurah...
Lurah Gober : Kenapa saya jadi terlibat masalah seperti ini?
Juragan Bodong : Tenang saja Pak Lurah, ini kan perintah Pak Bupati. Maslah kita kan Cuma jalan, perkara Ambar dan wartawan itu kan belum pasti.
Lurah Gober : Belum pasti bagemana, sampean tidak tahu siapa Ambar.
Juragan Bodong : Aduh, saya tidak takut siapa-siapa. Wartawan itu urusan saya, polisi sektor itu urusan saya, polisi hutan itu sohib saya semua. Tidak usah bingung, uang akan mengatasi semua masalah.
Lurah Gober : Runyam...
Juragan Bodong : Pak lurah mari kita pikirkan hasilnya dan mengamankan perintah Bupati
Lurah Gober : Tapi kalo mengorbankan rakyat aku tida mau, mereka wargaku, mereka yang menjadikan aku lurah.
Juragan Bodong : Lho kok pake bahasa mengorbankan, tidak sama sekali, kita hanya butuh kerja sama dengan warga.
Lurah Gober : Tadi sampean bilang kalo tutup ngisor juga akan ditebangi?
Juragan Bodong : Ini bukan kemauan saya, saya menjalankan perintah Ndara Kanjeng.
Lurah Gober : Benarkah?
Juragan Bodong : Masa saya bohong, tapi ini rahasia diantara kita saja.
Lurah Gober : Saya tidak bisa mengerti.
Juragan Bodong : E...inilah politik, inilah kekuasaan, inilah ekonomi....

Juragan Bodong merogoh saku

Juragan Bodong : Mas tolong belikan rokok

Kencrot keluar panggung

Lurah Gober : Tadi sampean bilang butuh kerjasama, macam apa? Apa kerjasama yang seprti sampean lakukan dengan Kencrot?
Juragan Bodong : Tidak, sudah saya buang jauh-jauh. Saya juga mikir kalao mereka dipenjaran roda penghidupan keluarga mereka akan terhenti.
Lurah Gober : Kalo mereka disuruh merusak terus disel, siapa yang akan mencari rumput untuk ternaknya dan mencari uang untuk makan anak istrinya.
Juragan Bodong : Percayalah, saya tidak akan mengorbankan warga Punthuk Kusan.
Lurah Gober : Prioritas jalan. Maksud sampean kerjasama memperbaiki jalan?
Juragan Bodong : Nantinya ..iya..sekarang bukan itu. Ini masalah kayu yang ada di truk itu.
Lurah Gober : Terus... maksudnya?
Juragan Bodong : Yang paling mendesak adalah penghilangan barang bukti, masalah wartawan.
Lurah Gober : Lho katanya wartawan ditangan sampean? Penghilangan barang bukti bagaimana?
Juragan Bodong : Kayu-kayu yang ada di kendaraan itu segera diturunkan lalu minta warga untuk menyimpankan.
Lurah Gober : Ha..
Juragan Bodong : Nanti bila benar Ambar datang bersama wartawan kan sudah tidak ada kayu, jadi kita bisa fokus ke masalah jalan, jalan yang rusak dapat segera diperbaiki. Tapi kalo ada kayunya kan nati jadi melebar ke masalah kayu.
Lurah Gober : Apa tidak terlalu beresiko?
Juragan Bodong : Beresiko?
Lurah Gober : Coba kalo polisi datang menyelidik lalu diketahui kalo ada kayu dirumah penduduk kan sama saja.
Juragan Bodong : Polisi urusan saya
Lurah Gober : Polisi yang mana?
Juragan Bodong : Kayu di rumah warga, itu hutan rakyat, yang menebangi rakyat kan gampang dimaklumi
Lurah Gober : Ah...saya ragu-ragu
Juragan Bodong : Lho bagaimana, apa Pak Lurah tidak kepingin naik Inova
Lurah Gober : Mari masuk Saya Ganti baju dulu.
Juragan Bodong : Cukup Pak, saya di sini saja menikmati sejuknya angin semilir.halaman pak lurah asri sekali.

Lurah Gober keluar panggung.Juragan Bodong duduk sendiri sambil senyum-senyum. Kencrot masuk panggung

Kencrot : Bagaimana bos, berhasil membujuk pak lurah
Juragan Bodong : Hus..jangan keras-keras
Kencrot : Apa strategi kedua kini bisa dilaksanakan?
Juragan Bodong : Pak Lurah sedang ganti baju, nampaknya setuju.

Kencrot menyerahkan rokok dan kembalian

Juragan Bodong : Kembaliannya untuk kamu
Kencrot : Termakasih bos.
Juragan Bodong : Sekarang tugas kamu segera naik. Kumpulkan orang yang tidak suka pada Ambar.
Kencrot : Wah kalo itu susah. Melihat keseharian di pedukuhan tidak ada yang tidak suka pada Ambar.
Juragan Bodong : Ah...masa
Kencrot : Benar bos, saya tidak mengada-ada......(sejenak diam lalu setengah bergumam )...Badrun....
Juragan Bodong : Badrun bagemana? Bukankah Badrun yang rumahnya bercat merah itu?
Kencrot : Benar, sepertinya Badrun dapat diajak kerjasama. Tetapi bukan berarti dia tidak suka pada Ambar
Juragan Bodong : Ah ndak penting, yang penting bagemana strategi ke dua dapat terlaksana.
Kencrot : Akan saya coba bos.
Juragan Bodong : Sana cepat naik bawa motorku, nanti aku mbonceng pak lurah.
Kencrot keluar panggung. Juragan Bodong mondar mandir tampak gelisah menungu pak lurah. Lurah Gober masuk panggung

Lurah Gober : Motornya mana?
Juragan Bodong : Dibawa Kencrot naik duluan.
Lurah Gober : Apa sampean bisa dipercaya.
Juragan Bodong : Tentang apa? Uang? Saya akan penuhu janji bila tutup ngisor benar-benar telah rampung semua, pak lurah mau beli mobil apa mau beli tanah terserah pak lurah.
Lurah Gober : Bukan itu. Tentang jalan.
Juragan Bodong : Ah..masalah jalan masalah kecil bagiku pak lurah. Saya dekat dengan pejabat, saya orangnya pak Bupati, nanti saya minta prioritas pengaspalan jalan di desa sini tidak cuma pedukuhan puntuk kusan.

Lurah Gober mondar mandir nampak masgul

Juragan Bodong : Sudahlah pak lurah, kan pak lurah tinggal bilang sama penduduk titip kayu saya.
Lurah Gober : Oh..begitu, jadi kayu itu tetap atas nama sampean?
Juragan Bodong : Ya jangan, bilang sama pendudsuk bila ditanya wartawan apa polisi bilang mereka yang nebang, itu kan hutan rakyat jadi tidak masalah, bukan milik perhutani.
Lurah Gober : Tapi itu hutan lindung
Juragan Bodong : Apa pak lurah belum tahu bila hutan itu sudah beralih status menjadi hutan rakyat, bukan hutan lindung lagi?
Lurah Gober : Sejak kapan? Kenapa saya tidak tahu?
Juragan Bodong : Itulah bedanya saya dengan orang lain, karena saya dekat dengan pejabat maka saya tahu sebelum diumumkan pada khalayak, lagi pula tidak mungkin Pak Bupati berani menyuruh saya mengurusnya kalo tutup ngisor itu masih hutan lindung
Lurah Gober : Tapi untuk menebang kayu hutan harus ada Pas. Surat ijin penebangan apa sampean sudah pegang ijin dari perhutani?
Juragan Bodong : Pak Lurah, saya ini suruhannya pak Bupati jadi tidak perlu pake pas, orang-orang perhutani juga sudah tahu kalo ini adalah proyeknya pak Bupati. Tidak ada yang berani mengusik
Lurah Gober : Mari kita ke atas nanti keburu hujan.

Juragan Bodong dan Lurah Lurah Gober keluar panggung. Kelir ditutup


Adegan 3

Layar dibuka Badrun duduk diatas lefel. Lampu flan. Kencrot masuk panggung mengahmpiri Badrun. Suasana sore.

Badrun : Crot kamu dari mana?
Kencrot : Kebetulan
Badrun : Ditanya dari mana kok kebetulan.
Kencrot : Dari tempat Pak Lurah, iya kebetulan kamu masih di sini.
Badrun : Memang ada apa?
Kencrot : Mau kasih tau kamu. Tadi saya mengikuti Ambar turun ternyata dia sudah kong kalikong dengan Juragan Bodong.
Badrun : Ah, kamu jangan mengada-ada.
Kencrot : E...tidak percaya, coba kamu pikir kenapa saat aku mengajak membakar truk dia marah.
Badrun : Itu agar kita jangan sampai brutal dan berurusan dengan polisi.
Kencrot : Bukan, bukan begitu sebenarnya. Dia menghalangiku karena dia sudah diberi bagian oleh Juragan Bodong .
Badrun : Aku tidak percaya omonganmu, aku kenal siapa Ambar.
Kencrot : Tadi aku dengar sendiri waktu di tempat pak Lurah.
Badrun : Lho katamu kamu mengikuti Ambar, apa Ambar ke tempat pak lurah.
Kencrot : Maksudku sampe pertigan, terus aku ke rumah pak lurah, nah waktu aku mau masuk ternyata Juragan Bodong sedang di tempat Pak Lurah dan sedang membicarakan tentang uang untuk Ambar.
Badrun : Ah, masa iya
Kencrot : Itulah, kamu jangan terlalu mendewakannya sebagai manusia bersih, jujur dan dapat dipercaya. Siapa si yang tidak mau uang.

Ambar masuk panggung dengan tiba-tiba. Kencrot terkejut.

Ambar : Aku..... Aku tidak doyan uang bosmu itu.
Badrun : Crot, kamu mau menghasutku?( mencengkeram Kencrot)
Ambar : Jangan Drun lepaskan dia. Kamu percaya sama omongannya apa percaya padaku, kalo aku tidak mau menerima uang dari Juragan Bodong yang diberikan lewat pak lurah.
Badrun : Dia tadi...

Ambar memotong ucapan Badrun yang belum selesai

Ambar : Iya aku dengar semua pembicaraan Kencrot padamu, dari wajahmu aku dapat menangkap ada keraguan padaku.
Badrun : Maafkan saya kang, tadi saya memang sedikit ada percaya pada kata-kata Kencrot, cuma sedikit kang.
Ambar : Kencrot kemari!, apa kamu sudah bosan hidup di pedukuhan sini?
Kencrot : Aku....aku...
Badrun : Aku..aku apa !..berani-beraninya kamu mencoba menghasutku
Kencrot : Maaf kang, aku butuh uang
Badrun : Butuh uang? Berarti kamu dibayari Juragan Bodong untuk ini semua!...tega-teganya Crot, kamu mau mengorbankan tetanggamu sendiri.
Kencrot : Maaf saya khilaf, saya butuh uang.
Ambar : Butuh uang ya butuh uang tetapi tidak dengan begitu caranya.
Kencrot : Saya sudah pusing dikejar kebutuhan. Apalagi bayaran sekolah anak saya yang tidak dapat ditawar. Saya butuh uang cepat kebetulan Juragan Bodong menawari kerjasama.
Ambar : Apa dia belum ikut anggota koperasi kehutanan?
Badrun : Belum kang, sudah berkali-kali saya ajak malah ngomongnya tidak enak di telinga.
Ambar : Makanya jadi orang jangan suka suudzon, hidup di pedukuhan yang wajar saja, biasa saja. Kencrot, aku mau memaafkan kamu tapi kamu harus jujur padaku.
Kencrot : Tentang apa?
Ambar : Kamu disuruh apa oleh Juragan Bodong?
Kencrot : Anu....anu...
Badrun : Cepet ngomong yang jelas...kalo tidak pingin saya banting..
Kencrot : Setelah usaha saya gagal mengajak warga membakar kendaraan itu..

Badrun naik pitam menarik Kencrot ke tengah panggung

Badrun : Jadi kamu mengajak warga untuk membakar truk karena dibayar? Kadal buntung, ula koros....( mengayunkan tinju, Ambar menghalangi)
Ambar : Drun jangan.....jangan buat air menjadi keruh....teruskan Crot
Kencrot : Saya disuruh menjalankan strategi ke dua.
Badrun : Strategi ke dua?...cepat katakan.
Kencrot : Saya disuruh membujuk warga untuk menyimpankan kayu di rumahnya masing-masing. Bila ada wartawan atau pihak berwajib menanyakan bilang mereka yang menebang dan kayu itu akan menjadi milik warga yang mau ketempatan kayu itu. Pak lurah juga setuju.
Badrun : Apa maksud Juragan Bodong kang? Aku tidak mengerti?
Ambar : Sudah, aku tau maksud dan tujuannya. Sekarang kumpulkan warga biar aku yang akan memberi tahu warga untuk tidak mau bekerjasama dengan Juragan Bodong meskipun pak lurah yang ada di belakangnya. Kalao yang lagi repot ya ndak usah cukup kamu saja Drun yang ngasih tau.
Badrun : Kencrot.....ikut aku.
Ambar : Biar Kencrot di sini saja menemaniku menungu Juragan Bodong dan Pak Lurah.

Badrun keluar pangung. Ambar mendekati Kencrot.

Ambar : Kamu tunggu di sini
Kencrot : Lho kang Ambar mau kemana?
Ambar : Saya sembunyi, saya pingin tau kenapa Pak Lurah bisa terbawa ikut-ikutan tidak bener.

Ambar keluar pangung. Kencrot menyalakan rokok. Juragan Bodong dan Pak Lurah masuk panggung

Lurah Gober : Pantas kalo warga pedukuhan sewoden sama sampean pak Bodong, lha wong kita pake sepeda motor saja sulit apalagi kalo dilalui kendaraan siklun yang biasa untuk mengangkut hasil bumi ke pasar jelas tidak bisa.
Juragan Bodong : Tenang pak Lurah, tutup ngisor selesai, jalan akan segera diaspal dan pak lurah tidak naik sepeda motor lagi bila meninjau punthuk kusan.
Lurah Gober : Lho…kok mas Kencrot sendirian?
Juragan Bodong : Kemari mas….apa sudah ketemu Badrun?
Kencrot : Sudah
Juragan Bodong : Bagemana ? Apa kira-kira bisa diajak kerjasama?
Kencrot : E...
Juragan Bodong : Gemana Mas?

Lurah Gober curiga, mendekati Kencrot

Lurah Gober : Ada apa ini kok sepertinya ada yang disembunyikan?
Juragan Bodong : Tidak pak lurah, tadi saya menyuruh mas Kencrot mengumpulkan warga karena pak lurah mau berbicara
Kencrot : Badrun sedang mengumpulkan warga
Juragan Bodong : Nah itu baru cerdas. Pokoknya pak lurah jangan khawatir semua sudah saya atur.

Ambar masuk panggung

Ambar : Tidak pak lurah, pak lurah tetap harus mengkhawatirkan warga yang akan dijadikan tumbal oleh tukang catut ini.

Juragan Bodong terperangah mendekati Ambar

Juragan Bodong : Kamu bilang apa? Aku tukang catut?..he anak bau kencur, kamu tau apa hah!, kamu belum tau siapa saya, apa dikira saya takut dengan kamu!
Amabr : Siapa yang bilang sampean takut dengan saya?
Juragan Bodong : Kamu ini selilit bagiku, penghalang proyeknya Ndara Kanjeng, apa tidak takut saya laporkan ke pak Bupati!, apa kurang banyak uang yang saya berikan!
Ambar : Uang?
Juragan Bodong : Alah..jangan pura-pura, sok bersih..
Ambar : Jadi uang yang disodorkan pak lurah padaku adalah uang sampean? Pak lurah tolong jelaskan pada Kencrot apa aku menerima uang yang pak lurah berikan?
Lurah Gober : Mas Ambar tidak mau menerima uang titipan Juragan Bodong yang setahuku adalah uang dari pak Bupati.
Ambar : Jadi pak lurah tahunya uang itu adalah uang dari pemerintah kabupaten?
Lurah Gober : Iya mas, saya disuruh memberikan kepada ketua kelompok pemuda masyarakat peduli hutan, tapi mas Ambar tidak mau menerima karena katanya tidak jelas asalnya.
Ambar : Kencrot....kamu dengar sendiri kan?
Kencrot : Maaf kang....maafkan saya yang telah membusukan nama kang Ambar di depan Badrun
Ambar : Pak Lurah, jangan mau kena tipu daya orang ini, apalagi mau bekerjasama membabat hutan tutup ngisor. Hutan itu hutan lindung nanti pak lurah akan berurusan dengan pihak yang berwajib..
Lurah Gober : Ah, kata sampean hutan itu telah dialih fungsikan menajdi hutan rakyat, kata sampean tutup ngisor telah disetujuai pemerintah dikelola oleh desa Banjarsari.
Juragan Bodong : Terserah pak lurah, mau percaya saya apa percaya anak ingusan ini.
Lurah Gober : Saya akan tetap menjadi pelindung warga saya
Juragan Bodong : Ini perintah Bupati
Ambar : Jangan percaya pak. Orang ini hanyalah tukang catut, orang yang mencari keuntungan dengan mencatut nama pejabat pemerintahan...
Juragan Bodong : Anak kemarin sore kok mulutnya semakin lama semakin membakar amarahku

Juragan Bodong merangsek mau memukul Ambar, Lurah Gober menengahi.
Ambar : Silahkan pukul, saya tidak akan membalas untuk apa berurusan dengan maling
Juragan Bodong : Ingat, jangan tanya kalo kamu jadi bangke
Lurah Gober : Sampean mengancam mau amembunuh wargaku?
Ambar : Tenang pak lurah, tidak apa-apa biarkan dia terus mengeluarkan siapa jati dirinya......mungkin temanku yang wartawan bisa membantu menyadarkan kesesatannya dalam penjara. Semua kata-katanya telah direkam dan sebentar lagi polisi gabungan juga akan datang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar