
menyusuri keterasingan diri
yang terbuang dari rumah cinta
terlunta-lunta
di sepanjang trotoar malioboro
tiba-tiba anaku turun
bersayap bidadari
dan tangan mungilnya lembut
megusap luka jiwaku
matanya jernih bagai kaca
terpantul gambar wajahku
kusam penuh debu
wajahnya berkilau bagaikan pualam
menyinari lorong-lorong gelapku
tangannya yang mungil merengkuhku
mengajaku berlari dari jebakan mimpi
kusambut tangan mungil anaku
redalah gemuruh didada
sejuta angin terperangkap
di taman damainya hatiku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar